[Cerpen] Selfie
PAGI menjelang, Silfi baru saja mandi. Mengambil ponsel, lalu berpose dengan hasil satu dua foto. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuatnya puas. Bukan, bukan karena belum ada foto yang layak. Melainkan ia terlalu begitu puas. Wajahnya cerah, berseri seri. Setengah terpana dengan kecantikannya sendiri. Rambutnya panjang, berwarna hitam kecoklatan, berkilat, bergelung seolah ombak. Dahinya licin. Matanya bulat, berbinar-binar. Hitam pekat seperti langit malam. Dikedip-kedipkannya matanya, hingga ia perhatikan bulu matanya yang tebal dan lentik. Tebal serupa alisnya yang melengkung menaungi sepasang matanya yang indah itu. Diturutkannya telunjuknya, dari hulu hingga muara alisnya. Cantik sekali dirimu, ia membatin.
"Kau memang begitu cantik dan sempurna Silfi."
Perkataan dari hasil selfie tersebut, selalu saja membuatnya ingin berselfie lagi.
"Hmm, memang begitu sempurna diriku. Hal ini terbukti jelas dengan hasil hasil ini. Tak bisa di pungkiri lagi bahwa aku benar benar sempurna."
Ia tak pernah sepercaya diri seperti ini sebelum ia terbiasa selfie. Hari harinya di penuhi oleh kegiatan selfie. Silfi pun tak pernah lupa untuk mempostingnya di media sosialnya. Dan tentu, ia selalu di timbrung oleh komentar komentar tentang kecantikannya. Banyak pemuda tergila gila dengan foto fotonya yang selalu ia posting di media sosialnya.
Hal semacam ini tentu membuat Silfi semakin tergila gila untuk selalu selfie dan tak henti hentinya ia mempostingnya. Dan pada akhirnya, ia sama sekali tidak keluar rumah. Tidak bersosialisasi dengan siapapun. Pagi, siang, sore, malam ia gunakan untuk selfie dan bermain media sosial.
Dan suatu ketika, Silfi jatuh hati pada seorang pemuda yang ia kenal melalui media sosial. Pemuda tersebut benar benar membuat Silfi tergila gila. Tentunya, Silfi hanya berpedoman dengan foto pemuda tersebut dan postingan postingan melalui media sosialnya. Ia pun menjalin hubungan dengan pemuda tersebut.
Hubungannya berjalan cukup lama. Namun, mereka sama sekali belum pernah berjumpa. Pemuda itu pun, akhirnya mengajak Silfi bertemu. Ini merupakan kali pertamanya ia bertemu dengan pemuda yang benar benar ia damba dambakan. Meskipun mereka memang sudah menjalin hubungan. Dan tentunya ini kali pertama Silfi keluar dari rumah setelah sekian lama ia terlalu terbius oleh kegiatan Selfie.
Sesuatu terjadi padanya. Di sepanjang jalan Silfi merasa bingung, kenapa semua orang melihatnya dengan tatapan seperti itu? Apa yang salah dengannya? Silfi mengabaikan orang orang tersebut. Dan terus berjalan. Tak lupa, sesekali ia tetap melakukan Selfie.
Hingga dia sampai di suatu tempat yang memang tempat pertemuannya dengan pemuda tersebut. Silfi, tidak tahu keberadaan pemuda tersebut. Lalu, ia memutuskan untuk menghubunginya. Pemuda itu mengatakan bahwa ia berada di meja nomor 03. Silfi pun menyapa pemuda di meja nomor 03. Ia begitu tampan, jauh lebih tampan dari foto di media sosialnya.
"Siapa anda?"
"Silfi, wanita yang sedang kamu tunggu."
"Silfi? Bukan. Kamu jelas bukan Silfi."
"Kenapa? Aku ini Silfi. Wanita yang kamu anggap kekasih di media sosial itu."
"Kekasih? Aku tak pernah memiliki kekasih buruk rupa macam anda. Dan kurasa, anda bukan lagi seumuran dengan saya."
Pemuda itu meninggalkan Silfi. Sontak semua yang ada di cafe tersebut melihat Silfi dengan wajah aneh.
"Apa yang salah denganku? Bukankah aku teramat cantik untuk dilihat? Lihat saja hasil foto fotoku ini. Tidak ada yang buruk, tidak ada yang mengecewakan. Semuanya terlihat cantik dan sempurna. Ah, dasar orang orang sirik." Kata Silfi dalam hati.
Silfi pun bergegas kembali kerumah. Lalu ia selfie lagi. Hasil itu begitu membiusnya dan membuatnya terpana dengan kecantikannya. Hasil selfie itu berbicara dengannya.
"Ah cantik sekali ..."
"Hmm memang, aku benar benar cantik. Tak ada seorang wanita yang dapat mengalahkan kecantikanku ini. Tapi, mengapa pemuda itu meninggalkanku?"
"Pemuda itu buta, ia tak bisa melihat kecantikanmu."
"Tidak. Pemuda itu benar. Lalu siapa sebenarnya kamu?"
"Kau ...."
"Tidak, kau lebih cantik dariku."
"Begitukah?"
"Ya. Kulitmu lebih mulus, matamu lebih indah, rambutmu lebih berkilau, alismu lebih pekat, hidungmu lebih.. bibirmu.. Ahh, bagaimana bisa?"
"Kau cantik, sama sepertiku."
"Lalu apa yang kau lakukan terhadapku?! Semua laki-laki tak ada lagi yang sudi mendekatiku. Bahkan untuk melihatku saja tidak. Mereka hanya melirik dengan tatapan yang aneh dan menjaga jarak denganku. Seakan aku ini seorang monster!"
"Tidak. Kau bukan monster Silfi. Kau seorang gadis yang jelita."
"BOHONG!! Hanya bayanganku yang cantik. Hanya jiwaku yang terperangkap dalam dirimu!"
"Kau cantik Silfi ...
Dengan atau tanpa bayangan ...
Dengan atau tanpa selfie ... "
Komentar
Posting Komentar