Perjalanan Pulang



            Senja baru saja lengkap lenyap. Saat itu, aku sedang bahagia. Benar benar bahagia ku rasa. Namun, beberapa menit kemudian. Aku tidak dapat lagi merasakan bahagia yang baru saja kurasakan. Kau tau kenapa? Aku lupa, aku tidak terlalu ingat sebabnya saat itu.

            Tapi, mengapa perubahan dari bahagia ke - sedih begitu cepat? Dan bahkan, saat kita sedih. Kita lupa bahwa kita juga pernah bahagia. Mengapa kita sering lupa untuk mempelajari detail detail yang terus saja kita lalui? Padahal dari bahagia ke - sedih ataupun sedih ke bahagia tentunya, dalam sehari itu bisa saja berotasi 3 sampai 4 kali atau bahkan lebih. Akan tetapi, mengapa kita sering mengabaikan hal hal kecil yang bahkan sering mendominasi dalam hidup atau bahkan diri kita?

             Apabila kita amati, jalan hidup terus saja seperti itu. Kita, yang tak pandai bersyukur menjadi sangat buas dan sering sekali hanya memburu hal hal yang membuat kita bahagia. Lalu, ketika semua itu terjadi begitu cepat. Kita lupa, bahwa kita hidup adalah untuk menuju pulang. Bagaimana jika kita terus menerus melakukan hal hal yang sama? Dan bagaimana jika hari ini atau esok adalah hari terakhir kita bahagia ataupun sedih di dunia ini?

             Kita sering lupa, bahwa apa yang kita lakukan saat ini semua akan di mintai pertanggung jawabannya nanti. Lalu, apabila yang kita inginkan hanyalah bahagia di dunia semu ini. Hal itu jelas sudah sering kita dapatkan berkali kali. Dan hal itupun begitu cepat sekali berubah menjadi kesedihan lagi. Artinya bahagia di dunia yang semu ini, tidak akan abadi.

              Lalu, jika kita ingin bahagia yang abadi. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus mampu mengatur sikap dan hati kita. Jika hidup memang perjalanan pulang. Kita harus mampu berpikir dan memprioritaskan bahwa di "rumah" lah tujuan kita bahagia. Tentunya rumah yang abadi setelah dunia semu ini. Hal ini dapat kita lakukan dengan sedikit memburu kebahagiaan di dunia yang semu ini. Dan lebih banyak menabung dan melakoni hal hal yang dapat menuntun kita menuju "rumah" yang damai dan bahagia selayaknya seperti yang kita inginkan.

             Sepertinya terlihat mudah bukan? Akan tetapi, semua hal baik yang baru saja ingin kita awali akan terasa berat. Jadi, jangan pernah menyerah untuk tetap menabung agar dapat memiliki "rumah" yang kita inginkan di dunia yang abadi kelak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Quarter Life Crisis: Antara Ambisi dan Realistis

Kebahagian Sederhana pada Satu Atap

Diri